Konsep Tentang manusia
Frankl menggunakan istilah analisis eksistensial sebagai persamaan kata dari logoterapi. Kata logos dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.
Filsafat
Logoterapi lahir dari kondisi yang suram dan tiada penghargaan terhadap
nilai-nilai kemanusiaan. Suasana Perang Dunia II benar-benar telah
mencampakkan harga diri kemanusiaan sampai ke dasar terendahnya. Manusia
tidak lagi dihargai sebagai entitas yang dapat mengambil keputusannnya
sendiri. Institusi negara dan ideologi-ideologi totaliter telah
merontokkan martabat manusia. Kita bisa melihat karya para filsuf
eksistensialis yang sezaman dengan Frankl, seperti Albert Camus dan Jean Paul Sartre
yang frustasi akan masa depan umat manusia. Mereka melihat kehidupan
ini sebagai sesuatu yang ambigu dan dipenuhi dengan absurditas.
Tetapi
Frankl tidak ingin terjebak dalam absurditas dunia. Dia berusaha
melampauinya melalui filsafat hidup Logoterapi. Filsafat Logoterapi
mensiratkan sebuah harapan besar tentang masa depan kehidupan manusia
yang lebih berharga dan bermakna. Teori tentang kodrat manusia dalam
Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu
dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
a. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)
Pandangan
Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa
manusia ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa
kanak-kanak, atau kekuatan lain dari luar. Ia berpendapat bahwa
kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas
tertentu. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai
potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek
ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial budaya dan aspek kerohanian.
Kebebasan manusia bukan merupkan kebebasan dari (freedom from) bawaan biologis, kondisi psikososial dan kesejarahannya, melainkan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand)
secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi
tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan
demikian kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
b. Keinginan akan makna (will of meaning)
Manusia
dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin
dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong
setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan
berarti dan berharga. Frankl tidak sependapat dengan prinsip
determinisme dan berkeyakinan bahwa manusia dalam berperilaku terdorong
mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan dan mengarahkan
dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya.
c. Makna Hidup (meaning of life)
makna
hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagai seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan
dalam kehidupan (the purposein life). Bila hal itu berhasil
dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan
akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia (heppiness).
Menurut Frankl makna hidup bersifat personal dan unik . Ini disebabkan
karena individu bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan
menciptakan makna.
Jadi
penemuan dan penciptaan makna hidup menjadi tanggung jawab individu itu
sendiri dan tidak dapat diserahkan kepada orang lain, karena hanya
individu itu sendirilah yang mampu merasakan dan mengalami makna
hidupnya.
Makna
hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Apabila hasrat makna
hidup ini dapat terpenuhi maka kehidupan dirasakan berguna, berharga dan
berarti (meaningful) akan dialami, sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan tidak bermakna .
Menurut Frankl mengartikan
makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau
kemungkinan yang dilatarbelakangi faktor realitas atau menyadari apa
yang bisa dilakukan dalam situasi tertentu.
Pengertian
makna hidup menunjukan bahwa dalam makna hidup terkandung tujuan hidup,
yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Berdasarkan uraian
diatas, kebermaknaan hidup adalah kemampuan dan kualitas penghayatan
individu terhadap seberapa besar dirinya dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya dan seberapa jauh individu telah berhasil mencapai
tujuan-tujuan hidupnya untuk memberi arti terhadap kehidupannya.
1 Aspek-aspek kebermaknaan hidup.
Menurut
James Crumbaugh & Leonard Maholick (dalam Koeswara, 1992),
kebermaknaan hidup individu dapat diidentifikasi melalui enam aspek
dasar, yaitu :
a. Arti
hidup; makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan
berharga bagi kehidupan individu, memberi nilai yang spesifik, serta
dapat dijadikan sebagai tujuan hidup bagi individu tersebut.
b. Kepuasan
hidup; Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang
dijalaninya, sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam
hidup dan segala aktivitas yang telah dilakukannya.
c. Kebebasan; kebebasan adalah bagaimana individu merasa mampu untuk mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.
d. Sikap
terhadap kematian; sikap terhadap kematian adalah persepsi tentang
kesiapan individu terhadap kematian yang pasti akan dihadapi oleh setiap
manusia.
e. Pikiran
tentang bunuh diri; pikiran tentang bunuh diri adalah persepsi tentang
jalan keluar dalam menghadapi masalah hidup bahwa bunuh diri bukan
merupakan solusi.
f. Kepantasan
untuk hidup; kepantasan untuk hidup adalah evaluasi individu terhadap
hidupnya sendiri, sejauh mana ia merasa bahwa apa yang telah ia lalui
dalam hidupnya merupakan sesuatu yang wajar, sekaligus menjadi tolok
ukur baginya tentang mengapa hidup itu layak untuk diperjuangkan.
2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan hidup
Frankl
berpendapat bahwa secara hakiki manusia mampu menemukan kebermaknaan
hidup melalui trandensi diri. Salah satunya dengan mengambil
ajaran-ajaran agama yang diterapkan pada sebuah kehidupan. Namun Di
Muzio berpendapat untuk menemukan makna hidup tidak selalu berkaitan
dengan personalan agama, melainkan bisa dan seringkali merupakan
filsafat hidup yang sifatnya sekuler, bahkan manusia dapat menemukan
makna tanpa kehadiran tuhan.
Manusia dapat menemukan makna melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang meliputi
a. Nilai-nilai kreatif
Menurut
Frankl nilai-nilai kreatif adalah apa yang diberikan individu pada
kehidupan. Nilai-nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan
produktif, biasanya berkenaan dengan suatu pekerjaan. Namun nilai-nilai
ini dapat diungkap dalam semua bidang kehidupan. Makna diberikan kepada
kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang kelihatan
atau suatu ide yang tidak kelihatan, atau dengan melayani orang lain .
b. Nilai-nilai pengalaman
Nilai-nilai
pengalaman menurut Frankl adalah apa yang diterima oleh individu dari
kehidupan. Misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta.
Nilai-nilai pengalaman dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya
cipta. Ada kemugnkinan individu untuk memenuhi arti kehidupan dengan
mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif meskipun individu
tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif .
c. Nilai-nilai sikap
Nilai-nilai
sikap adalah sikap yang diberikan individu terhadap kodrat-kodrat yang
tidak dapat diubah, seperti penyakit, penderitaan atau kamatian.
Situasi-situasi buruk yang dapat memberikan keputusasaan dan tanpa
harapan dapat memberikan kesempatan yang sangat besar bagi individu
untuk menemukan makna hidupnya. Nilai-nilai sikap ini menerima dengan
penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang
tidak mungkin dihilangkan seperti kematian, bencana, sakit yang tidak
dapat disembuhkan dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan
ikhtiar dilakukan secara maksimal.
· Struktur dan Dinamika Kepribadian
Pandangan
frankel akan kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan
arti. Terangkum dalam sistem logoterapi. Logoterapi berasal dari kata
yunani logos berarti arti. Logotherapy berbicara tentang arti eksistensi
manusia dan kebutuhan manusia akan arti, dan juga teknik-teknik
terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Logoterapi
merupakan therapi psikologis bagi orang –orang yang kehilangan arti
kehidupannya.
Teori
tentang kodrat mausia yang berasal dari logoterapi dibangun atas tiga
tiang, yaitu kebebasan, kemauan akan arti, dan arti kehidupan. Frakel
sangat menolak pendirian dalam psikoologi dan psikiatri yang memberikan
ciri pada kondisi manusia sebagai yang ditentukan oleh insting biologis
dan konflik masa kecil . manusia mempunyai kebebasan spiritual untuk
menentukan sikap terhadap keadaan dan nasib.
Kemauan
dan arti akan kehidupan adalah kebutukhan kita yang terus menerus
mencari bukan diri kita melainkan suatu arti untk memberi suatu maksud
bagi eksistensi kita. Semakin kita mampu mengatsi diri kita- memberi
diri kita pada satu tujanatau kepada orang lain, maka kita
semakinmenjadi manusia sebenarnya.
Arti
yang kita cari memerlukan tanggung jawab pribadi yakni untuk menemukan
cara kita sendiri dan tetap bertahan di dalamnya segera setelah
ditemukan. Kekurangan arti dalam kehidupan bagi frankel adalah sebuah
neorosis, yang is sebut sebagai kondisi noogenic neurosis. Nemurosis ini
diakibatkan oleh 2 hal :
- manusia kehilangan dorongan /instink alamiah dari alam. Karena itu kita harus secara aktif memilih apa yang harus kita lakukan.
- mulai hilangnya nilai-nilai agama dan adat yang kemudian menuntut kita untuk dapat bersandar pada diri sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kta sendiri dan bertanggung jawab.
Logoterapi memberikan 3 cara bagaimana kita dapat memberi arti pada kehidupan
- dengan menciptakan sesuatu
- dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia dalam pengalaman
- dengan sikap yang kita ambil dalam penderitaan
frankl
percaya bahwa hakikat dari eksistensi manusia tersiri atas 3 hal:
spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Bertanggung jawab berarti
kita menggnakan kehidupan kita untuk berkarya.
Didalam
teori kepribadian membahas pula determinasi kepribadian, yaitu bawaan (
genetik ), kondisi psikis, dan situasi sosial – budaya yang selalu
saling berkaitan dan pengaruh – mempengaruhi.
Dengan
demikian, teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu ( past
oriented ) seperti halnya psikodinamik atau kini – dan- di- sini ( here
and now ), seperti pada pandangan behavioral, melainkan berorientasi
pada masa mendatang ( future oriented ), karena makna hidup harus
ditemukan dan hidup bermakna benar – benar sadar dan sengaja dijadikan
tujuan, diraih, dan perjuangkan.
Neurosis
noogenik berkaitan dengan inti spiritual kepribadian dan bukan menurut
peran serta agama, melainkan suatu dimensi eksistensi manusia, khususnya
menunjuk pada konflik-konflik moral . Neurosis noogenik dapat
termanifestasikan dalam tampilan simptomatik yang serupa dalam gambaran
simptomatik neurosis psikogenik, seperti depresi, hiperseksualitas,
alkoholisme, obsesionalisme, dan tindakan kejahatan.
· Pribadi yang mengatasi diri
Dalam
pergulatan mencari jawaban atas eksistensinya, manusia dihadapkan pada
paradoks-paradoks, yang mencakup beberapa aspek: fisik vs nonfisik;
kesadaran vs ketidaksadaran; orientasi diri vs sesama manusia.
Ø Fisik vs Spiritual
Secara
lahiriah manusia terdiri dari aspek fisik (biologis). Konsekuensi dari
aspek biologis ini manusia terikat dengan hukum fisik seperti lapar,
sakit, mencari kepuasan biologis, tertarik pada dunia materi, dan
sebagainya.
Di
sisi lain, manusia juga terdiri atas aspek-aspek nonfisik, yaitu
psikis, sosial, dan spiritual. Aspek biologis dan aspek spiritual kita
ketahui sebagai dua kutub yang berlawanan.
Sehubungan
dengan kecenderungan manusia untuk mencari kepuasan biologis atau dunia
materi, Viktor Frankl, psikolog dari akhir abad XIX yang ikut
mengembangkan psikoterapi, menyatakan bahwa semakin seseorang memaksa
mendorong dirinya ke arah kesenangan, ia akan semakin kurang mampu
menikmati kesenangan. Kendati terdapat kecenderungan mencari kesenangan,
di sisi lain usaha untuk itu justru akan menghalangi seseorang mencapai
kepuasan (kebahagiaan).
Salah
satu teknik yang relevan untuk mengatasi kecenderungan orang mencari
kesenangan biologis atau dunia materi, menurut logoterapi (terapi yang
berorientasi pada penemuan makna hidup, dikembangkan oleh Frankl) adalah
bimbingan rohani. Bimbingan rohani diterapkan sebagai teknik terapi
karena sesuai dengan pemikiran dasar Frankl tentang spiritualitas.
Spiritualitas merupakan sisi transendensi pada manusia, yang mengatasi
dunia fisik dan sosial, berfungsi memberikan makna hidup.
Dengan
mengembangkan spiritualitas (merealisasi nilai-nilai kehidupan
berdasarkan suara hati), seseorang akan menemukan makna dari keberadaan
(eksistensi) dirinya sebagai pribadi. Ini merupakan sumber rasa tentram.
Spiritualitas yang terintegrasi dalam kepribadian seseorang akan
sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek fisik, psikis, maupun sosial
yang seringkali bersifat menjebak.
Yang
dimaksud Frankl dengan “spiritualitas yang terintegrasi dalam
kepribadian seseorang akan sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek
fisik, psikis, maupun sosial”, bukan berarti bahwa aspek fisik, psikis,
dan sosial manusia diabaikan. Kata”terintegrasi” menunjukkan ada
penyatuan dari beberapa aspek itu, dan membentuk keseimbangan pribadi
secara total.
Ø Kesadaran vs Ketidaksadaran
Manusia
memiliki dimensi kesadaran dan ketidaksadaran. Tiap-tiap orang memiliki
bagian kepribadian yang tidak disadari (personal unconscious), yang
berkembang di luar pengalaman sadar karena telah ditekan:
dorongan-dorongan amoral, dorongan-dorongan seksual yang tidak dapat
diterima, kebutuhan-kebutuhan egoistik, ketakutan, harapan-harapan
irasional, pengalaman yang memalukan, dan motif-motif keji.
Bagian
kepribadian yang tidak disadari (karena ditekan) itu dalam kenyataan
selalu mendesak untuk dipuaskan. Namun, dalam alam sadar, pemuasan
terhadap dorongan bawah sadar tersebut tidak dapat diterima karena tidak
sesuai dengan norma masyarakat.
Orang
yang sehat secara psikologis, sedikit demi sedikit telah berhasil
menggali bagian kepribadiannya yang tidak disadari, dan mengintegrasikan
sisi gelap (shadow) dengan bagian kepribadian yang disadari. Dengan
jalan ini, seluruh komponen kepribadiannya dapat bekerja sama membentuk
kesadaran penuh, diri (self) yang penuh tujuan.
Ø Orientasi Diri vs Sesama
Sekalipun
semua kebutuhan fisiologisnya terpuaskan, manusia tetap mengalami
keterpisahan dari dunia sekitarnya. Rasa keterpisahan itu harus didobrak
dengan menemukan ikatan-ikatan baru dengan sesama manusia, menggantikan
ikatan-ikatan lama yang didorong oleh insting.
Ada
beberapa cara mencari dan mencapai kesatuan dengan sesama. Salah
satunya lewat jalan kepatuhan kepada seseorang, kelompok, institusi, dan
Allah.
Dengan
menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar, lebih
berkuasa darinya, manusia mengalami identitasnya dalam hubungan dengan
kekuatan pribadi atau lembaga yang dipatuhinya. Cara yang lain, dengan
jalan berkuasa, menjadikan orang lain bagian dari dirinya (dominasi).
Namun, sungguh ironis bahwa perwujudan hasrat kepatuhan total ataupun
dominasi ini tidak pernah membuahkan kepuasan.
Hanya
ada satu syarat yang memuaskan kebutuhan manusia untuk mempersatukan
dirinya dengan dunia, dan pada saat yang sama untuk memperoleh rasa
integritas dan individualitas, yaitu cinta.
0 comments