Child Sexual Abuse: Orang Tua, Protector dari Predator Anak
By Gusti Gina - Tuesday, May 20, 2014
Banyak hal yang dianggap tabu di Indonesia. Masyarakat menganggap hal tabu tersebut menjadi dihindari dan tidak patut diperbincangkan. Salah satunya adalah hal yang berbau seksualitas. Padahal pengetahuan tersebut sangatlah penting bagi masyarakat. Kekurangan pengetahuan inilah yang membuat kasus pelecehan maupun kekerasan seksual pada anak meningkat. Lantas, bagaimana sikap kita mengenai hal tersebut? Haruskah menutup mata, telinga, dan mulut kita seperti mereka? Atau mau berusaha membuka pemikiran kita mengenai hal tersebut.
Banyak hal yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan seksual pada anak. Berbagai motif mendasari perbuatan pelaku, entah itu balas dendam, rasa keingin tahuan, trauma masa lalu, dan lain sebagainya. Dari sinilah bukti kurangnya pengetahuan mengenai seksualitas terlihat jelas di masyarakat.
Jika merujuk pada definisi menurut APA (American Psychological Association), Child Sexual Abuse atau kekerasan seksual pada anak adalah adanya paksaan dari seseorang untuk melakukan hubungan seksual pada anak-anak. Pelaku menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan kepuasan seksualnya melalui anak-anak. Misalnya saja, menyentuh bagian tubuh anak, menunjukkan gambar/video yang menampilkan aktivitas seksual pada anak, sampai membuat atau memaksakan anak melakukan hubungan seksual.
Anak-anak merupakan target dari kasus ini, sehingga mereka sangat membutuhkan peran orang tua. Disinilah orang tua harus pintar mengasuh dan melindungi buah hati mereka. Menjadi sahabat bagi anak merupakan strategi baik. Berikut cara menjadi sahabat sekaligus menjadi protector bagi anak:
- Menjalin komunikasi yang intens dengan anak, sehingga anak menjadi terbuka terhadap kita. Misalnya sering tanyakan bagaimana pengalaman mereka setiap harinya di waktu senggang.
- Jangan membiasakan anak untuk memeluk dan mencium orang lain, terutama orang di luar keluarga anak.
- Ajarkan anak pendidikan seksual dasar dan jelaskan pada mereka bahwa tidak seorang pun boleh menyentuh bagian pribadi mereka.
- Tanamkan sikap tegas pada anak. Bangun keberanian dalam diri anak agar anak mampu memberikan perlawanan jika ia mengalami kekerasan seksual.
- Jadikan teman-temannya menjadi teman kita, termasuk keluarga teman anak kita.
- Ajarkan pada anak bahwa tubuh mereka adalah milik mereka, jadi anak boleh mengatakan TIDAK, bila anak tidak mau dipeluk atau mendapatkan sentuhan yang membuat anak tidak nyaman.
Dampak Jangka Pendek
- Perilaku regressive (mundur dari usianya). Misal : mengompol, mengisap jempol, dsb
- Gangguan tidur atau mimpi buruk
- Gangguan makan
- Gangguan perilaku atau prestasi di sekolah
- Tidak mau berpartisipasi di sekolah
- Mengurung diri
Dampak Jangka Panjang
- Depresi
- Tingkah laku yang self destructive. Misal : minum minuman keras atau narkoba.
- Insomnia
- Anxiety attack
- Bermasalah dalam interaksi sosial
- Bermasalah dalam hubungan seksual, berupa penolakan melakukan hubungan seksual dengan suami saat sudah menikah nanti
Menjadi manusia yang cerdas dan berwawasan luas sangatlah penting. Karena hal ini akan membentuk pemikiran dan sikap yang cerdas pula. Orang tua cerdas sebaiknya dapat menjadi sahabat sekaligus protector bagi anak dari predator seksual. Smart Family, Happy Family!
0 comments