Sedih merupakan emosi yang tidak selalu kita harapkan. Kecewa apalagi. Ketika kecewa itu datang karena orang yang kita cintai, kita banggakan, dan kita harapkan tentunya akan sangat memukul perasaan kita. Salah satunya adalah orang tua. Perceraian memang bukanlah hal yang tabu lagi terjadi di zaman sekarang. Banyak sekali tiap harinya pasangan suami isteri resmi bercerai, entah itu karena orang ketiga, ketidak cocokan lagi, atau simpelnya orang bilang "jodohnya habis". Saya pribadi tidak terlalu setuju dengan pernyataan masyarakat yang menganggap jodoh habis. Bagi saya, segala sesuatu itu berasal dari manusia itu sendiri. Ya, memang Tuhan telah mengatur kehiupan kita. Namun, Tuhan memberikan kita akal dan perasaan untuk kita gunakan, bukan?
Faktor utama perceraian terjadi adalah kurangnya komunikasi yang membuat adanya jarak antar keluarga. Faktor kedua biasanya dari segi ekonomi. Namun menurut saya pribadi faktor utamalah yang sering kali menjadi alasan dibalik perceraian. Seandainya komunikasi tetap terjalin dengan baik sehingga menciptakan keintiman dalam suatu keluarga, maka sebesar apapun masalah yang datang akan selalu dapat teratasi.
Karena cinta adalah sumber dari segala kekuatan. (Gusti Gina)
Ketika emosi meningkat dan amarah yang menguasai diri seseorang, maka sulit bagi dia menerima masuka dari orang lain. Bahkan untuk berpikir rasional dan berpikir panjang pun sulit untuk dia lakukan. Orang yang dengan konsep diri negatif akan rentan mengalami konflik dengan orang sekitarnya, apalagi dia memiliki pengontrolan diri (regulasi diri) yang kurang baik.
Bagi orang tua, sebaiknya kalian berpikir panjang sebelum melontarkan kata "cerai". Lihat kembali anak-anak kalian, rasakan perasaan mereka ketika mereka harus kehilangan keluarga yang utuh. Berempatilah, bagaimanapun mereka anak kalian. Pada umumnya perceraian itu disebabkan perselingkuhan. Bagi mereka yang dapat berpikir reflektif, mungkin akan lebih memilih keluarganya. Karena, yang selalu menemani dia adalah keluarga. Dan sebaliknya.
Seorang teman bercerita kepada saya, kalau keluarganya hancur dikarenakan Ayahnya selingkuh dan selingkuhannya itu memakai guna-guna. Percaya atau tidak, saya mencoba memahami penyebabnya secara rasional. Menurut saya, faktor utamanya adalah lemahnya komunikasi di keluarga mereka. Sang Ayah jarang di rumah karena tempat kerja berpuluh-puluh mil dari rumah sehingga komunikasi dnegan keluarga kurang dan itu berlangsung selama bertahun-tahun. Ditambah lagi, ketika bertemu sangat jarang kehangatan membalut keluarga mereka. Ini sudah kesekian kalinya orang tuanya berada dalam konflik.
Dari perceraian orang tua teman saya, dia dan adiknya yang masih sekolah dasar sangat terpukul. Tentu hal ini berdampak pada psikologis mereka, terutama adiknya. Syukurnya teman saya itu lumayan dewasa sehingga dirinya masih terkendali, namun adiknya yang masih kecil tentu yang menjadi perhatian utama.
Solusi saya, sebelum semuanya makin jauh. Lebih baik bangun kembali komunikasi dengan keluarga, perbanyak intensitas kebersamaan, baik dalam aktivitas liburan, kegamaan, atau hanya sekadar makan-makan. Hal tersebut tentu akan memberikan makna tersendiri. Kepada teman saya, semoga masalah kamu cepat selesai. Terimakasih sudah mau berbagi cerita. Hanya 1 pesan saya, "Hangatkan kembali keluargamu!" :)
0 comments