Host-Kak Putra-Saya-Nanang Galuh Kalsel 2016 Tulisan kali ini tiba-tiba muncul dibenak saya setelah menjadi narasumber di acara Banjar 90, TVRI Kalsel. Di sana, saya bersama Kak Putra, kami diminta menjadi narasumber sebagai duta wisata senior kepada nanang galuh tahun 2016 ini. Ah, sudah senior saja ya... Duta wisata, sebuah prestasi yang kini sepertinya menjadi primadona dimana-mana, selempang yang melekat dibadan pun menjadi trend...





Cinta. sebuah bentuk emosi yang kerap dikehidupan kita. Cinta berbentuk kasih sayang, memberi, menerima, kepercayaan, ketulusan, dan sejuta sensasi lainnya. Cinta tidak hanya berwujud pada rasa dengan lawan jenis, namun juga dapat kepada teman, sahabat, keluarga, benda kesayangan, dan Tuhan. Di sini saya tertarik untuk menuangkan pemikiran mengenai Kebutuhan dan Keinginan. Tiba-tiba saja saya terpikir hal ini saat saya melihat hujan di luar...
Psikologi Klinis "Obsessive Compulsive Disorder"
By Gusti Gina - Tuesday, November 01, 2016
A.
Definisi
OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Menurut
Davison & Neale (dalam Anggraeni, 2015) gangguan obsesif kompulsif adalah
gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang
menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu
berulangulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam
kehidupan sehari-hari. Suatu obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang
intrusive dan berulang dan berada di luar kemampuan seseorang untuk mengendalikannya.
Obsesi dapat menjadi sangat kuat dan persisten sehingga dapat mengganggu
kehidupansehari-hari dan menimbulkan distress serta kecemasan yang
signifikan (Nevid, 2003). Suatu kompulsi adalah perilaku yang berulang (seperti
mencuci tangan atau memeriksa kunci pintu) atau tindakan mental repetitif
(sepertiberdoa, mengulang-ulang kata-kata tertentu, atau menghitung) yang
dirasakan seseorang sebagai keharusan atau dorongan yang harus dilakukan (APA
dalam Suryaningrum, 2013). Obsesi memiliki pengertian gangguan bayangan dan
impuls yang timbul didalam pikiran secara berulang-ulang, sangat mengganggu dan
penderita tidak mampu menghentikannya. Sedangkan kompulsi adalah obsesi yang
dimanifestasikan (dalam David, 2000).
B.
Kriteria
OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Kriteria Diagnostik
300.3 (F42) dalam DSM 5
A.
Kehadiran obsesi, kompulsi, atau keduanya:
Obsesi didefinisikan oleh (1) dan (2):
1. Pikiran mendesak yang berulang dan terus-menerus pada individu atau gambarpengalamanpada beberapa waktu yangmenganggudan tidak diinginkan, yang menyebabkan kecemasan
ditandai dengan tertekan.
2. Individu mencoba untuk mengabaikan atau menekan
pikirannya. Untuk menetralisir keadaannya mereka membuat pemikiran lain atau melalui tindakan (yaitudengan melakukan keharusan).
Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2):
1.
Perilaku berulang (misalnyamencuci tangan,
pemesanan, memeriksa) atau melalui tindakan
(misalnyaberdoa, menghitung, mengulangi kata-kata diam-diam) bahwa individu
merasa didorong untuk melakukan atau menanggapi
sebuah obsesi sesuai dengan aturan yang diterapkan secara kaku.
2.
Perilaku atau tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan atau tekanan, atau
mencegah beberapa peristiwa atau situasi yang ditakuti;Namun, perilaku atau
tindakan ini tidak terhubung dengan cara yang realistis
dengan apa yang mereka rancang untuk menetralisir atau mencegah (dapat dikatakan apa yang
dilakukan berlebihan).
B. Obsesi atau dorongan yang memakan waktu
(misalnyamengambil lebih dari 1 jam per hari) yang menyebabkan distress klinis atau penurunan fungsi penting pada bidang sosial dan pekerjaan
C.
Jenis-Jenis OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Jenis-jenis
OCD (Obsessive Compulsive
Disorder) dalam DSM V
1.
Obsesif-Compulsive
Disorder 300.3 (F42)
2. Gangguan Dismorfik Tubuh 300.7 (F45.22)
3.
Hoarding
Disorder 300,3 (F42)
4. Trikotilomania
(Gangguan Menarik Rambut) 312,39
(F63.2)
5.
Excoriation (Skin-Picking)
Disorder /Gangguan
Ekskoriasi (Mengelupasi kulit) 698,4 (L98.1)
6.
Obsesif-kompulsif dan
gangguan Terkait yang disebabkan
oleh zat kimia/obat,
7.
Obsesif-kompulsif dan Terkait Disorder
Karena Kondisi Medis Lain
294,8 (F06.8)
294,8 (F06.8)
8.
Obsesif-Compulsive
spesifikasi lain dan Disorder Terkait 300,3 (F42)
9.
Obsesif-CompulsiveTidak disebutkan
dan Disorder Terkait 300,3 (F42)
D.
Faktor
dan Aspek OCD (Obsessive Compulsive Disorder)
Penyebab Obsesif Kompulsif adalah sebagai berikut (Widiastuti, 2014).
1.
Genetik - (Keturunan) Mereka yang
mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah penyakit ini kemungkinan
beresiko mengalami OCD (Obsesif Compulsive Disorder).
2.
Organik – Masalah organik seperti
terjadi masalah neurologi dibagian-bagian tertentu otak juga merupakan satu
faktor bagi OCD. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan
ensefalitis juga adalah salah satu penyebab OCD.
3.
Kepribadian - Mereka yang
mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan OCD. Ciri-ciri
mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan
aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit
bekerja sama dan tidak mudah mengalah.
4.
Pengalaman masa lalu - Pengalaman
masa lalu/lampau juga mudah mencorakkan cara seseorang menangani masalah di
antaranya dengan menunjukkan gejala OCD.
5.
Gangguan obsesif-kompulsif
erat kaitan dengan depresi atau riwayat kecemasan sebelumnya.
6.
Konflik - Mereka yang
mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal dari
masalah hidup. Contohnya hubungan antara suami-istri, di tempat kerja,
keyakinan diri.
Kemudian aspek-aspek
yang ada di dalam OCD (Obsessive-Compulsive
Disorder) adalah :
a.
Aspek Biologis
Davison
dan Neale (dalam Anggraeni, 2015) menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang
mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter
di otak, khususnya kurangnya jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum
sebagai penyebab individu mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan
sebagai pembentuk dari gangguan ini. Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh
lokasi system proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk
pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan
obsesi kompulsi (Pinzon, 2006).
b.
Aspek Psikologis
Menurut
Steketee dan Barlow (dalam Angraeni, 2015) klien-klien OCD menyetarakan pikiran
dengan tindakan atau aktifitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran
tersebut. Ini disebut “thought-action fusion” (fusi pikiran dan
tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan oleh
sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan timbulnya
rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak, dimana pikiran
jahat diasosiasikan dengan niat jahat (Durand & Barlow, 2006).
c.
Aspek Psikososial
Menurut
Freud (dalam Anggraeni, 2015) gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan karena
regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan psikologis
mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan
obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi
alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.
Individu
yang mempunyai gangguan obsesif-kompulsif mengalami kesulitan dalam
menghentikan pikiran-pikiran tersebut disebabkan karena:
a.
Mengalami depresi atau selalu cemas
dalam kesehariannya sehingga mudah memunculkan pikiran-pikiran negatif meski
hanya berupa kejadian kecil;
b.
Memiliki tendensi berpikir moralitas dan
kaku, berpandangan bahwa pikiran-pikiran negatif adalah sesuatu yang tidak
dapat diterima dan membuat mereka akan merasa cemas dan bersalah bila memiliki
pemikiran negatif seperti itu.
c.
Meyakini bahwa harus mampu mengontrol
semua pikiran-pikiran dan memiliki kesulitan untuk menerima bahwa setiap orang
mempunyai pemikiran yang kadang-kadang memang menimbulkan perasaan takut atau
cemas.
Individu yang beresiko mengalami
gangguan obsesif-kompulsif adalah (dalam Oltmanss dan Emery, 2012) :
a.
Individu yang mengalami permasalahan
dalam keluarga dari broken home,
kesalahan atau kehilangan masa kanak-kanaknya. (Teori ini masih dianggap lemah
namun masih dapat diperhitungkan).
b.
Faktor neurobiologi dapat berupa
kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis, dan singulum.
c.
Individu yang memiliki intensitas stress
yang tinggi.
d.
Riwayat gangguan kecemasan.
e.
Depresi.
f.
Individu yang mengalami gangguan seksual.
E.
Dampak
Kompulsi yang seringkali dilakukan
sebagai jawaban dari pikiran obsesi biasanya akan muncul cukup sering sehingga
mengganggu kehidupan sehari-hari atau menimbulkan distress yang signifikan
(Nevid dkk., 2003). Hal ini tentu saja dapat menyebabkan keterlambatan,
membuang-buang waktu dan mungkin sekali akan merugikan orang lain.
F.
Saran
intervensi
1.
CBT
Terapi kognitif adalah terapi yang
memfokuskan pada bagaimana mengubah pemikiran atau keyakinanyang negatif (Beck,
1979; Martin & Pear, 2003; Antony & Swinson, 2000). Karena banyaknya
penelitian yangmenunjukkan bahwa kesuksesan penerapan teknik kognitif akan
lebih besar bila disertai teknik-teknik modifikasitingkah laku (misalnya
pemberian tugas-tugas rumah dan exposure) daripada teknik “menyerang”
pemikiranirasional semata-mata yang merupakan prosedur terapi kognitif (Martin
& Pear, 2003) maka teknik yang akan digunakan untuk mengatasi gangguan
obsesif-kompulsif adalah gabungan dari kedua pendekatan tersebut yaitu Cognitive
BehaviorTherapy (CBT).
Cognitive-behavioural
therapy (CBT) adalah terapi
yang sering digunakan dalam pemberian treatment pelbagai gangguan kecemasan
termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada perilaku mencuci tangan diatur waktu
kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap. Bila terjadi peningkatan
kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk individu OCD mencuci tangannya.
Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara perlahan
kebiasaan-kebiasaannya itu. Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan
relaksasi dan manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik
yang memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu.
Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih (Widiastuti, 2014).
2.
ERP
Berdasarkan sekian literatur
yangditelusuri, terapi exposure-response prevention(ERP) merupakan
terapi perilakuyang paling banyak digunakan untukmengatasi individu dengan OCD.Exposure
adalah menempatkan individudengan OCD pada situasi yang ditakutinyaatau
yang menimbulkan pikiranobsesifnya (Bandura, 1978; Storch &Merlo, 2006).
Sedangkan responseprevention meliputi kesempatan individudengan OCD
untuk menahan diri darimelakukan ritual atau pengulangan.Terapi ERP seringkali
juga dikombinasikandengan terapi kognitif (Nevid,Rathus, & Greene, 2005).
3.
Farmakologi
Pemberian
obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan dalam
masa perawatan. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter atau
psikiater atau social worker yang terjun dalam psikoterapi. Pemberian
obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat
tersebut mempunyai efek samping yang merugikan.