Tulisan kali ini tiba-tiba muncul dibenak saya setelah menjadi narasumber di acara Banjar 90, TVRI Kalsel. Di sana, saya bersama Kak Putra, kami diminta menjadi narasumber sebagai duta wisata senior kepada nanang galuh tahun 2016 ini. Ah, sudah senior saja ya...
Duta wisata, sebuah prestasi yang kini sepertinya menjadi primadona dimana-mana, selempang yang melekat dibadan pun menjadi trend yang membanggakan. Bagaimana tidak? Sebuah gelar putra-putri terbaik daerah telah disematkan pada orang yang memakainya. Ah bangganya menjadi duta wisata.
Duta wisata, sebuah prestasi yang kini sepertinya menjadi primadona dimana-mana, selempang yang melekat dibadan pun menjadi trend yang membanggakan. Bagaimana tidak? Sebuah gelar putra-putri terbaik daerah telah disematkan pada orang yang memakainya. Ah bangganya menjadi duta wisata.
Seiring waktu,
setalah kurang lebih hampir dua tahun berkecimpung di dunia perdutaan ini. Saya
merasakan banyak perubahan, memang memiliki naluri mengamati suatu hal. Saya
suka melihat ke dalam diri saya dan melihat orang-orang serupa seperti saya.
Kami yang berselempang.
Masih ingat
tatkala dulu saya mengikuti karena ajakan teman dan tergiur juga dengan
iming-iming hadiah jutaan rupiah dan perjalanan mengikuti program yang
disediakan dinas terkait ke luar negeri.
Ah, pas sekali!
Mimpiku sejak kecil yang memang suka melalang buana lewat pemikiran menjelajah
dunia hanya sebatas layar kaca. Akhirnya saya memberanikan diri untuk
mendaftarkan dan Tuhan dengan kasih sayangnya mengizinkan saya terbang ke
negeri yang disebut-sebut apabila ingin belajar ada baiknya sampai ke sana,
negeri China. Sebuah negeri yang kental dengan sejarah dan kini tumbuh menjadi
raksasa ekonomi dunia.
Sampai saat
itu, saya masih seperti duta wisata kebanyakan, senang mengenakan selempang,
tersenyum bahagia saat bertugas dan merasa bangga. Namun tidak lama kemudian
sepulang saya dari negeri China. Sebuah pemikiran menghantui saya. Apa yang
sudah kudapatkan dari negara ini? Perjalanan gratis, uang saku, ketenaran,
jaringan sosial, soft skill, dan banyak lagi. Terus, apa yang sudah kuberi
untuk negaraku?
![]() |
Foto bersama dengan Ikatan Nanang Galuh Kalimantan Selatan, dan host acara Banjar90 TVRI |
Perlahan-lahan,
dinamika dunia perdutaan saya lewati, kompetisi dari kompetisi saya lewati
dengan baik hingga ke tahap nasional. Kemenangan dan kekalahan sudah saya
resapi, saya sudah merasa kenyang dengan hal itu. Pergaulan yang kadang
dibumbui dengan sandiwara pun juga sudah saya jalani, semakin membuka mata saya
untuk melacak ketulusan dalam berteman. Ah, pengalaman ini tiada duanya.
Jika kalian
bertanya, jadi apa yang sebenarnya menjadi syarat untuk seorang duta Wisata?
3B !
Jika ada yang
menjawab 3B kamu benar!
Namun, kurang
tepat dalam pandangan saya tapi benar.
Ya, seorang
duta wisata harus memiliki 3B. Tapi ada
2 hal yang membedakan duta wisata dengan lainnya, yaitu SD. SD? Harus lulus
Sekolah Dasar? Bukan, SD adalah SKILL dan DEDIKASI.
Jadi, jika kamu
mau menjadi duta wisata, miliki lah paket lengkap ini dalam dirimu, 3B+SD
Mari kita
ungkap satu-satu, siapa tahu bermanfaat bagi kalian yang ingin menjadi duta
wisata. Kita mulai dengan 3B. 3B adalah Brain, Behavior, and Beauty.
1.
Brain.
Seorang duta wisata HARUS memiliki tingkat kecerdasan minimal rata-rata dan wawasan di atas
rata-rata. Mengapa diperlukan? Jangan kira nanti setelah berselempang hal ini
tidak berguna. Pengalaman saya ini sangat diperlukan, kamu akan berhadapan
dengan banyak orang, dari masyarakat sampai pejabat tinggi, hingga media. Yang
haruskamu hati-hati adalah media. Mereka akan membuat berita tentang kamu
sesuai adanya kamu. Tentunya kita tidak mau diberitakan hal yang negatif kan.
Wawasan apa saja sih yang harus dimiliki seorang duta wisata?
·
Kebangsaan. Hal ini adalah pondasi kita. Sebagai
warga negara yang baik, kita harus mengetahui mengenai negara ini terbentuk
dari sejarah, perkembangan, hingga isu masa depan. Kebangsaan juga membuat kita
semakin cinta dengan tanah air, di sinilah niat kita untuk menjadi duta wisata
sesungguhnya akan muncul dari hati.
·
Pariwisata. Duta wisata tentunya harus memiliki
wawasan tentang ini, mulai dari konsep kepariwisataan yang membuat kamu bisa
membedakan wisata, pariwisata, kepariwisataan, turis domestik, turis lokal,
sapta pesona, sampai jenis-jenis wisata yang ada di daerah mu, provinsimu,
negaramu, hingga wisata mancanegara. Harus tahu! Karena ini akan sangat sering
bersentuhan dengan kehidupanmu nantinya apabila ingin menjadi duta wisata.
·
Kebudayaan. Loh mengapa? Bukannya ini duta
wisata, bukan duta budaya. Justru ini kadang pemikirang orang yang tidak begitu
memahami keterkaitan antara budaya dan pariwisata. Tips dari saya, mulailah
memahami konsep budaya itu sendiri. Apa itu budaya, apa saja jenis kebudayaan
itu, budaya apa saja yang ada ditempat saya hingga budaya mancanegara, dan
akhirnya di sanalah kita akan sadar, bahwa konsep pariwisata dapat terangkat
salah satunya karena budaya dan kearifan lokal. Oleh karena itu ada yang
disebut dengan wisata budaya. Tahukah kamu bahwa Indonesia terkenal dengan
wisata budayanya? Sungguh negeri yang indah dengan peninggalan budaya luhur ya.
·
Pengetahuan Umum. Ini dia yang akan membuka
cakrawala kita. Apapun yang ada di dunia ini, apalagi itu hot topic sebaiknya
kita tahu, entah ini ekonomi dunia, politik, pemerintahan, gaya hidup, trend
fashion, desain ruang, teknologi, apapun! Biasakan membaca buku. Kenapa saya
merekomendasikan buku? Buku lebih bersahabat dengan saya dalam memberikan
pemahaman. Namun juga kita harus bijak menggunakan smartphone. Jadilah pemuda
kekinian yang cerdas dalam menggunakan teknologi.
·
Bahasa. Wah bahasa rupanya aspek penting ya.
Tentunya, karena bahasa merupakan media komunikasi dengan orang lain dalam
menyamakan persepsi. Sebaiknya kita dapat berbahasa Indonesia yang baik dan
benar, cerdas dalam memilih kata apalagi kita menjadi public figure di daerah
kita. Jangan sesekali juga melupakan bahasa daerah, karena bahasa daerah merupakan
bagian dari kebudayaan, sebuah daya tarik untuk kegiatan wisata bukan? Dan yang
terakhir, kuasai bahasa asing, terutama bahasa inggris. Mengapa? Karena
globalisasi seperti bayang-bayang dikehidupan kita, resapi saja. Selain itu,
dalam penugasan nanti juga kita akan kedatangan tamu dari luar negeri. Untuk di
daerah saya, Kota Banjarbaru cukup sering kami memandu wisata tamu kehormatan
dari berbagai negara. Karena mereka adalah tamu pemerintahan. Dan ada baiknya
kamu dapat menguasai berbagai macam bahasa asing. Percayalah itu sebuah nilai
tambah bagimu! Pengalam duta wisata Kota Banjarbaru pernah bertemu tamu dari
Mesir, Yordania, Filipina, Malaysia, Singapore, Kamboja, Brunei Darussalam,
Canada, Korea Selatan, dan lainnya.
Pembahasan yang cukup panjang untuk aspek Brain ya.
Semoga bermanfaat.
2.
Behavior
Hal ini sangat penting, perilaku kamu adalah gambaran
dari kepribadian kamu. Oleh karena itu dalam penjurian pun didatangkan ahli
kepribadian, sebut saja psikolog yang akan menilai langsung perilaku kamu.
Mengapa begitu penting? Karena perilaku kamu adalah representasi dari karakter
masyarakat daerahmu. Intinya jangan bikin malu daerahmu karena perilakuyang
tidak pantas. Tidak hanya sampai di perilaku, aspek ini akan lebih dalam
memperlihatkan bagaimana keadaan emosionalmu, baik kah buruk kah. Kita di sini
tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain. Akan tetapi jadi lah diri kita
sendiri dalam versi yang terbaik. Hal-hal yang negatif jauhkan dari diri kita,
bentuklah konsep diri yang positif sehingga dapat memancarkan aura ketulusan
dari dalam. Cobalah memiliki tata krama yang baik. Sebaik dan semampu kita
untuk menjadi diri yang terbaik.
3.
Beauty
Aspek ini juga tidak kalah penting. First impression
is important. Disinilah kita memiliki kewajiban untuk mempercantik diri.
Kecantikan dalam versi saya adalah bagaimana kita mensyukuri atas pemberian dan
anugerah Tuhan yang telah diberi dengan cara memelihara dan mengembangkannya
menjadi lebih baik. Kita telah diberi Tuhan, dua mata, satu hidung, satu bibir,
dua telinga, warna kulit, lengkap dan sempurna. Itulah kecantikan
sesungguhnya. Tips, minimal sekali kulit
kamu bersih dari ujung rambut sampai ujung kaki, pakaian bersih dan rapi, untuk
perempuan ada baiknya bisa berdandan minimalis, dan milikilah gaya busanamu
sendiri.
Untuk konsep 3B sendiri ya kurang lebih seperti itu.
Dan untuk konsep +SD ini yang benar-benar juga harus diperhatikan.
4.
Skill
Skill harus kita miliki. Kita harus memiliki
keterampilan, hard skill dan soft skill. Keterampilan ini sangat menunjang kita
untuk bertahan dan bersinar dalam pengembangan diri kita kedepannya. Ada
baiknya dari sekarang belajar untuk pengembangan hard skill, karena hal ini
juga diperlukan saat seleksi yaitu saat tes bakat, selain itu juga tidak
menutup kemungkinan keterampilan kita akan dipamerkan saat ada acara, seperti
mengisi sebuah acara. Yang kedua adalah soft skill, ini yang sangat-sangat
penting. Mulailah menjadi orang yang memiliki keterampilan dalam jaringan sosial
dan organisasi. Jadilah conceptor sekaligus public relation. Milikilah skill
yang berbeda, misalnya dibidang IT, desain, musik, lukis, fotografi, apapun
yang memang tidak dimiliki kebanyakan orang, ini akan menjadi nilai plus bagi
kamu.
5.
Dedikasi. Ini dia aspek utama dari seorang duta
wisata. Siapkah untuk berdedikasi? Siapkah menjalani tanggung jawab dan
kewajiban sebagai seorang duta wisata?
Untuk didaerah saya sendiri saja, tidak semua orang
dapat melakukan hal ini. Tanpa sadar dia yang tidak berdedikasi dalam tim nya
mengorbankan sesama duwis yang mau berdedikasi. Motif orang mengikuti pemilihan
memang berbeda-beda. Semua akan terjawab dalam kurun waktu 5 bulan pertama. Ada
yang hanya untuk gaya dan gengsi, ada yang hanya untuk menambah daftar riwayat
hidup, ada yang hanya ingin mencapai tujuan tertentu dan akhirnya lepas dan
hilang begitu saja. Mengapa hal ini terjadi?
Kembali ke aspek Brain dan Behavior. Ada keterkaitan antar
aspek yang harus dimiliki duta wisata. Sebenarnya ketika menjadi duta wisata
tidka berarti kita memberika seluruh waktu hidup kita untuk bertugas. TIDAK! Karena
yang dipilih itu banyak, tidak hanya diri kita seorang. Karena banyak,
diharapkan antar duwis dapat berbagi tugas, agar mereka dapat menjalani
kehidupan seperti biasa namun ada duwis juga mendapat kesempatan lebih
dibanding teman-temannya, menjelejah pengalaman.
Sebuah
paradigma terbentuk bahwa duwis adalah pajangan dan hanya sekadar pemanis. Ini
tidak salah, namun kurang tepat. Kerapkali ada duwis yang tidak terima dibilang
seperti ini, seharusnya ada sebuah aksi yang dapat mengubah reaksi masyarakat
dalam memandang duwis. Mungkin kalian familiar dengan istilah aksi-reaksi,
memang benar adanya seperti itu.
Pembina duta
wisata di kota saya pernah berkata, kita boleh saja kehilangan apapun tapi satu
hal yang jangan pernah hilang dari diri kita, kasih sayang. Tuhan saja Maha Pengasih Maha Penyayang,
bagaimana bisa hambaNya tidak dapat seperti itu?
Dimana rasa
kasih saya antar duwis ketika melihat teman duwisnya kewalahan karena harus
merangkap tugas duwis yang sebenarnya dapat dibagi bersama?
Dimana
kepedulian duwis yang mementingkan egonya, apakah temannya yang berdedikasi
juga tidak memiliki kehidupan selain melakukan tugas duwis. Walaupun dia
terlihat baik-baik saja, kita tidak tahu apa yang telah ia korbankan. Mungkin
saja dia lelah di dalam hatinya, tapi dia ingin membela nama duwis untuk tetap
baik demi kebaikan bersama.
![]() |
Foto Bersama 2 Galuh, kami satu organisasi sebagai pengurus di PNGB |
Itu baru dalam
lingkup sesama duta wisata. Lalu, bagaimana dengan dedikasi terhadap daerah? Terhadap
masyarakat? Bukankah ratusan juta dari APBD dikeluarkan untuk menemukan dan
menghasilkan Duwis. Oleh karena itu adanya masa bakti selama satu tahun dan
kemudian akan digantikan dengan generasi berikutnya. Minimal sekali, duwis
dapat mengabdi selama satu tahun. Untuk apa? Untuk bayar utang! Bayar utang
terhadap daerah, terhadap negara. Darimana uang pembinaan, fasilitas eksklusif,
ketenaran, dan segala macam didapat? Dari pemerintah kan? Uang pemerintah
didapat dari mana? Dari uang rakyat. Sekiranya hal ini dapat dipikirkan oleh
calon duwis yang akan mengikuti pemilihan, siapkah kamu menjadi pemuda pemudi
terbaik? Siapkah dirimu menyandang kata “terbaik” itu? Sudah sesuai kah dirimu
menjadi yang “terbaik” ? Tenang, kamu hanya cukup berbekal satu. Kemauan.
Apabila kamu memiliki kemauan, kamu sudah dapat dikatakan yang terbaik.
Dalam
organisasi duta wisata di kota saya (klik di sini), kami terus berupaya membayar jasa
masyarakat terhadap kami, lewat usaha kami yang tergolong kecil.
Program-program kerja yang kami canangkan diharapkan berdampak, walaupun
sedikit. Kami selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk kota kami. Kota
yang menjadi rumah kami. Kelak nanti, suatu saat kami memiliki kekuatan lebih
untuk berdedikasi lebih besar terhadap negeri ini, pasti kami lakukan. Siapa
tahu diantara kita ada yang menjadi walikota, maka jadilah walikota yang
amanah. Menjadi pengusaha, maka taatlah terhadap peraturan negara, taat pajak,
dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan. Dan lainnya.
Mimpi yang
besar dimulai dari langkah yang kecil. Dedikasikan diri kita untuk negara yang
melindungi kita. Banyak di luar sana, negara mereka masih penuh dengan ancaman,
darah dimana-dimana, teriakan, tangisan, kehampaan, hingga mereka kehilangan
hal yang penting dalam hiidup, harapan.
Hal terakhir
yang sebaiknya dapat dilakukan seorang duta wisata adalah menginspirasi. Dapat
memberikan dampak yang positif bagi orang lain, menginspirasi sesama untuk
melakukan hal yang baik. Memberi harapan sebagai alasan orang terus bertahan
dan bergerak maju. Duta wisata Indonesia memiliki tagline yang penuh makna,
setahun menjabat, seumur hidup menginspirasi
Sekadar
informasi, setiap daerah memiliki nilai dan aturan masing-masing mengenai duta
wisata, ini adalah berdasarkan pengalaman di daerah saya. J
Semoga
bermanfaat.
0 comments