Maybe you shouldn't come back... maybe you shouldn't come back to me... Tired of being so sad.. tired of getting so mad baby...
(Shouldn't come back- Demi Lovato)
Lagu itu selalu menemaniku sepanjang malam sejak pertemuan ku dengannya. Lagi. Melihatnya hanya membuatku sakit, merasakan kembali keperihan yang pernah menyiksaku bertahun-tahun. Bagaimana bisa aku melupakan rasa sakit yang dia torehkan? Bagaimana bisa juga aku melupakan kenangan terindah yang pernah ku alami sepanjang hidupku. Benar-benar bertentangan. Selama tiga tahun setengah aku hidup begini, bersembunyi dibalik keramaian. Menutup diri.
Pecundang. Iya, memang aku merasa payah. Benar-benar pecundang kaleng yang tergelatak di sudut jalanan. Menyedihkan. Kadang aku membenci keadaan, kadnag aku membenci diriku sendiri. Sejuta mulut mengatakan aku berlebihan, aku terlalu apalah inilah itulah. Bagaimanapun mereka tidak akan pernah mengerti mengapa aku sampai begini. Aku yang merasakan indahnya cinta, dan aku pula yang merasakan sakitnya cinta.
"He was my first love. He was my first boyfriend. He was my first kiss. He was my happiness. But he is still my life. Until now." aku menulis di diary ku sambil menggambar manga. Menyebalkan, aku rindu dia.
Aku tersentak mendengar hp ku bergetar berkali-kali. Aku menatap layar ponsel ku "Aldo". Selama seminggu ini dia terus-terusan mencoba menghubungiku. Tapi, aku benar-benar tidak ingin jatuh ke lubang yang sama. Aku tidak akan mengangkat panggilannya. Aku merebahkan diri di atas ranjangku, berpikir..berpikir.. dan terus berpikir.
"you know the reason why," ucapku lirih sambil memejamkan mata dan melayangkan pikiranku jauh entah kemana.
***
"Kamu cantik." Aldo menyentuh pipiku. "Kamu juga baik, makanya aku cinta sama kamu," Dia berbisik pelan ditelingaku. Aku tersenyum malu. Rasanya hidup ini benar-benar sempurna, aku memiliki seorang kekasih yang begitu tampan, baik, dan mencintaiku dengan tulus. Dia merangkul pundakku dan menyandarkan kepalaku di pundaknya.
"Kamu tahu kan aku begitu mencintaimu?" ucapnya pelan. "Kamu tahu, mimpi aku adalah menua bersamamu. Sempurna itu kamu," bagaimana bisa aku tidak luluh dengan ucapan manis yang keluar dari bibir indahnya? Dia cinta pertamaku, kekasih pertamaku.
"Kan besok anniversary kita yang ke-5, kita kemana yah? ngapain yah?" aku antusias membahas hal ini.
Aldo berdiri di depanku. Aku menatapnya bingung. Dia tersenyum dan membungkuk sambil mengulurkan tangannya, "Anywhere. Anything. My queen" Aku terkekeh mendengar perkataannya. Aku menyambut tangannya dan dia menarik tubuhku ke dalam pelukannya.
***
Aku mengunci pintu rumah dan menatap langit untuk beberapa saat. Hari ini mendung, bahkan sangat gelap. Aku memasang earphone dan berjalan santai menuju perpustakaan kota. Jalanan kota ini selalu ramai, tidak pernah sepi. Aku selalu memperhatikan ekspresi semua orang yang ku temui, karena aku penasaran apa hanya aku yang merana di dunia ini.
Awan semakin hitam, angin juga mulai kencang. Aku mempercepat langkahku. Hanya butuh tujuh menit lagi aku sampai di perpustakaan, hari ini aku harus selesai mencari referensi untuk buku yang aku tulis.
Hujan tiba-tiba mengguyur bumi dan membasahi tubuhku. Aku setengah berlari menuju perpustakaan yang sudah tertangkap oleh mataku. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghentikanku. Aku berbalik dan aku merasa jantungku berhenti berdetak setelah melihat wajah yang menarik tanganku. Aldo. Aku merasa dunia benar-benar berhenti sekarang. Bahkan air hujan pun terasa berhenti mengguyurku. Kenapa? Kenapa perasaan itu tetap sama tiap kali dia menyentuh tanganku? Aku berteriak dalam hati, seakan mau menangis.
"Ikut aku!" Katanya sambil menarik tanganku.
"Nggak!" Aku berusaha melepaskan diri. "Lepasin!" Kini hujan semakin lebat, dan tanpa sadar aku meneteskan air mataku. Semoga Aldo tidak melihat air mata ini.
Aldo menatapku. Tatapan yang sama dengan tiga setengah tahun yang lalu. Sensasi yang sama aku rasakan. Namun seketika rasa sakit yang dia berikan merasuk ke tubuhku dan memberikan kepedihan. Aku menunduk dan menangis terisak-isak. Tiba-tiba Aldo menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Aku terkejut, lagi-lagi aku membeku.
Segera aku tersadar dari pelukannya, aku melepaskan diri darinya. "kamu nggak seharusnya balik ke hidup aku lagi, Al." kataku tegas dan lari meninggalkan dia. Bukan perpustakaan yang menjadi tempat yang ku singgahi sekarang. Namun aku juga tidak tahu harus kemana. Aku terus berlari sampai kaki ku tidak berasa menginjak bumi lagi.
Ya Tuhan, Mengapa dia kembali lagi setelah menghilang dari hidupku. Menyiksaku dengan kepedihan. Mengapa dia kembali memberikan pelukan itu lagi, menghidupkan kembali rasa itu. AKU BENCI. Aku berhenti di hutan pinggir kota. Sepertinya aku sangat jauh meninggalkan keramaian. Aku meninggalkan, tidak bersembunyi. Aku duduk di sebuah batu besar. Merenung, berpikir, dan bepikir.
Aku masih ingat hari dimana seharusnya kami merayakan hari jadi kami yang kelima, aku malah mendapatinya sedang berkencan dengan cewek lain. Sepanjang malam aku mengikutinya, dari dia dinner, jalan-jalan, dan sampai mereka di depan pintu apartement Aldo. Di hari itu pula untuk pertama kalinya tangan ini menamparnya. Di hari itu pula untuk pertama kali aku merasakan yang namanya sakit hati. Benar-benar perih dan menyedihkan.
Hujan memang telah berhenti, namun gerimis dan kegelapan masih menemaniku disini. Hari aku sudah buruk. Hidup aku sudah susah selama ini. Kenapa dia kembali lagi kehidupku dan membuatnya semakin buruk. "You really shouldn't come back. Never." ucapku lirih.
1 comments
:" Like my story
ReplyDelete