Tyas memainkan
jemarinya di atas meja sambil mengetuk-ngetuknya perlahan. Matanya tertuju ke
sebuah meja di ujung kantin yang dipenuhi cowok-cowok yang sedang asyik
bercanda. Tapi, jangan salah mata Tyas hanya terfokus pada 1 cowok yang juga
sedang menatapnya. Cowok itu mempunyai senyum yang begitu indah dan tatapan mata
yang teduh. Tyas menyinggungkan senyum
dibibirnya, terasa jelas ada suatu yang berbeda antara keduanya. Tyas hanya
tersenyum-senyum pada cowok itu, dan begitu juga si cowok. Mereka berdua larut
dalam romansa yang begitu indah.
“Tyas! Lo
dengerin gue ngomong gak, sih?” Kinar mengggerutu karena kesal orang yang di
ajak bicara hanya diam dan tersenyum-senyum gak karuan. “akh, TYAS!” kinar
mulai kesal dan mencubit lengan Tyas.
“aww! Gue
denger kok, hehehe.” Kata Tyas kemudian. Dia berusaha fokus ke Kinar, namun
hatinya tak dapat di ajak kerja sama, hatinya masih tertuju pada cowok di ujung
sana yang tengah asyik bercanda dengan teman-temannya.
“apa?” Kinar
mengetes Tyas yang katanya mendengar.
“senyumnya yang
indah, matanya yang teduh, garis wajahnya yang eksotis, kata-katanya yang
membuat hati bergetar, semua begitu indah bila ku dekat dengannya.” Kinar yang
mendengar hanya melongo, Tyas benar-benar ngelantur entah kemana.
“Tyas..... lo
sakit, ya?” Kinar menempelkan tangannya kejidat Tyas seperti dokter yang
mengecek suhu badan pasien. Tyas yang melihat kelakuan temannya, hanya
terkikik. Lalu, matanya sebentar meirik cowok itu kembali.
“aha! Gue tau.
Lo suka kan sama Yudha?” suara Kinar yang cukup nyaring refleks membuat Tyas
panik. Dia buru-buru mendekap mulut Kinar, karena khawatir Kinar bicara lebih
banyak lagi.
“ayo!” Tyas
menarik Kinar berdiri dan mengajaknya keluar kantin. Hati Tyas terasa hampir
copot karena ulah Kinar yang gak tau malu itu. Kini, Tyas hanya bisa berdoa
semoga Yudha, cowok yang dari tadi yang dia pandangi itu tidak mendengar
perkataan Kinar yang super ceplas-ceplos. Sepanjang jalan menuju kelas, Tyas
terus-terusan mengomel kepada Kinar. Kinar hanya tertawa dan semakin membuat
kesal Tyas.
*^*
Yudha berjalan
menuju kelas bersama teman-temannya. Tapi, dia tiba-tiba berhenti mendadak. Ada
sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia melihat Tyas sedang duduk di kursi bawah
pohon sedirian sambil mengelamun. Yudha berjalan menghampiri Tyas, enatah
kenapa jantung Yudha berdetak lebih cepat. Dia segera menenangkan dirinya.
“jangan
ngelamun terus!” kata Yudha dari belakang Tyas yang sedang menatap kosong
halaman sekolah.
“hah?” Tyas
sangat terkejut mendengar suara Yudha. Jantung Tyas juga berdetak semakin cepat
berdetak. Wajahnya seperti mayat, karena saking shocknya. Tapi, jauh dalam
hatinya. Sebuah rasa yang begitu indah muncul dan memberikan kenyamanan dalam
jiwanya.
“aku boleh
duduk?” Yudha meminta pendapat Tyas yang masih saja melongo menatap Yudha.
“ee..eh...
boleh. Silakan, gak papa kok.” Tyas tersenyum manis. Dunia seakan begitu indah
baginya saat ini.
Yudha duduk dan
kemudian menatap Tyas lekat-lekat. Tyas yang merasa dirinya diperhatikan
seperti itu, tentunya jadi salah tingkah. Dia memalingkan mukanya sebentar dan
meringis lalu mengusap-usap dadanya berharap jantung bisa tenang dan gak
loncat-loncat lagi.
“kenapa, Yud?”
kata Tyas setenang mungkin. Tapi tetap saja senyum terukir di wajahnya karena
menahan malu.
“enggak kok.
Cuman enak aja ngeliatin muka kamu. Hehe,” Yudha tersenyum. Apa ini?? Kenapa aku begitu damai dan
benar-benar terasa indah, kata Yudha dalam hati.
“hahaha. Bisa
aja lo, Yud!” kata Tyas tertawa dan mengambil daun besar yang ada di tanah.
“daun?” Yudha
mengernyit melihat atas apa yang dilakukan Tyas. Tyas tersenyum sesaat lalu
memutar-mutar daun itu di depan mukanya.
“iya, daun.
Daun ini kayak cinta.” Tyas tak lagi gugup, yang ada hanya kenyamanan dan
kedamaian.
“maksudnya?”
Yudha semakin tertarik pada Tyas.
“iya, daun ini
akan jatuh karena beberapa alasan. Bisa dipetik oleh orang atau karena sudah
terlalu tua dan ada daun baru yang akan tumbuh di batang pohon.”
“hubungannya
dengan cinta?”
“cinta itu akan
hilang mungkin karena ada cinta lain yang telah tumbuh di relung hati seseorang
atau cinta itu hilang karena pengkhianatan.”
“oh, ya? Tau
dari mana kamu?” Yudha mengambil daun tua yang telah jatuh dari batangnya.
“cuman ada
doang di kepala.
“ada daun yang
tumbuh di batangku dan daun lamaku hampi terjatuh.” Yudha bergumam namun jelas
terdengar oleh Tyas.
“what?
Maksudnya?”
“aku gak tau.
Aku masih mencintai Mikha, namun sepertinya ada cinta yang lain tumbuh di
hatiku.” Yudha membuang daun itu lalu menyandarkan punggungnya kekursi. Dia
ingin Tyas mengerti perkataan Yudha barusan. Namun, Tyas hanya tersenyum
menatap Yudha. Dalam waktu yang sangat lama, mereka hanya diam dalam posisi
masing-masing dan terlarut dalam angan-angan mereka.
*^*
Sebulan sudah
Yudha dan Tyas saling mengenal. Mereka berdua begitu akrab, bahkan ada yang
menyangka mereka berpacaran. Yudha sudah mengenal Tyas, dan begitu juga Tyas.
Mereka sering berdua, namun hanya disekolah. Tyas tau kalau Yudha sudah
mempunyai Mikha, dan dia tak ingin mengganggu hubungan mereka berdua. Tyas
lebih memilih diam dan menunggu waktu berjalan menjawab segala pertanyaan di
hatinya. Dia menginginkan Yudha, tapi Yudha tlah berdua.
“Tyas, aku
ingin bilang sesuatu ke kamu.” Yudha berkata pada Tyas di depan kelas.
“bilang aja.”
“tapi gak
disini. Ikut aku!” Yudha menarik tangan Tyas dan mereka berdua berjalan menuju
kursi bawah pohon tempat biasanya mereka berdua. Tangan Yudha yang menggenggam
tangan Tyas, terasa begitu dingin. Entah mengapa, itu menular ke Tyas.
“kamu duduk,
ya.” Yudha menyuruh Tyas duduk dan Tyas mengikuti permintaan Yudha. Sekolah
emang sudah sepi, karena sebagian sudah pulang kerumah masing-masing. Yudha
berdiri didepan pohon lalu tangannya mengusap batang pohon itu yang telah
tertutupi oleh lumut. Lumut itu berjatuhan, wajah Yudha terlihat sumringah. Dia
sudah menyiapkan semua ini sejak lama.
“Tyas, ke
sini!” kata Yudha. Tyas berdiri dan menghampiri Yudha. Tapi tangan Yudha
menutupi batang pohon. Tyas bingung dan dia bertanya-tanya dalam hati.
“apa itu, Yud?”
“kamu lihat!”
Yudha membuka perlahan tangannya. Tyas tertegun dia masih merasa ini hanya
sebuah mimpi indah yang tak ingin dia akhiri. Yudha disampingnya tersenyum dan
dari sirat matanya terlihat kebahagiaan yang begitu dalam.
Terukir jelas
di batang pohon itu sebuah bentuk hati dan didalamya ada nama Yudha dan Tyas.
Tyas tak menyangka Yudha melakukan itu untuknya. Tyas terdiam dan badannya
terasa lemes semua.
“Tyas....?”
suara lembut Yudha memecah keheningan. Tyas segera tersadar. “maukah kau,
Tyas?” Yudha menggapai tangan Tyas lalu mengenggamnya dan meletakkannya di
dadanya. Tyas masih tidak bisa memercayai ini.
“aaku
terima....,” kata Tyas perlahan dan Yudha terlihat begitu senang. “tapi,
nanti.”
“apa? Kenapa?”
Yudha terkejut kata yang di ucapkan Tyas tadi.
“iya. Aku akan
selalu menunggumu. Aku tau kamu masih bersama Mikha, dan aku tidak mengganggu
kalian.” Kata Tyas lirih lalu menarik tangannya dari genggaman Yudha dan Tyas
meraba ukiran itu.
“aku hanya
ingin kamu. Aku hanya tidak sanggup melukai perasaan Mikha.” Kata Yudha
perlahan.
“ketahuilah,
jika ku terima sekarang. Kau sama saja menyakiti Mikha. Lebih baik kau putuskan
Mikha dan bicara baik-baik padanya, buatlah dia memahami semua ini. Aku tidak
ingin menjadi selir hatimu.” Tyas berkata setegar mungkin. Padahal, dalam
hatinya dia ingin sekali memiliki Yudha seutuhnya saat ini.
“kamu bukan
selir hatiku. Tapi, kau benar-benar cinta hatiku. Kau yang memiliki hatiku.
Cintamu sudah tertambat dalam, Tyas.” Yudha berusaha meyakinkan Tyas. Dia tidak
sanggup lagi menahan gejolak dihatinya.
“maafkan aku,
Yud. Nanti, kalau tiba saatnya kita bisa bersatu dan saling memiliki.”
“tapi, kapan?”
“itu tergantung
kamu. Tapi, ketahuilah tentang 1 hal. Cintaku padamu tak kan sirna.” Tyas
menunduk, matanya mulai memerah. Hatinya benar-benar sakit mengatakan ini
semua.
“aku akan
berusaha melakukannya untukmu.” Yudha memeluk Tyas.
“Yudha, aku
disini menunggumu.” Kata Tyas berbisik ditelinga Yudha.
Tyas melepaskan
pelukannya, walaupun hatinya kini teriris. Tyas melangkah pergi meninggalkan
Yudha dalam kepedihan. Yudha terduduk di tanah karena dia telah begitu bodoh.
Menyatakan cinta pada cewek yang dia cintai, padahal dia masih berdua.
Seharusnya dia bisa memilih salah satunya. Memang, kebingungan sedang melanda
Yudha. Dia masih tidak bisa mengkhianati cintanya pada Mikha, tapi tak dapat
dipungkiri cintanya ke Tyas begitu kuat dan tertambat dalam lubuk hatinya.
“aku bodoh, Tyas. Gak seharusnya aku mencoba
menjadikanmu yang kedua. Maafkan aku, Mikha. Aku telah mengingkari semua ini.
Aku sedang dalam posisi sulit, aku benar-benar kesulitan untuk memilih. Kau dan
Tyas telah menghancurkan diriku dalam kebimbangan yang tak betepi.” Yudha
berdiri dan meninggalkan pohon itu. “tunggu aku, Tyas.”
0 comments