Aku disini menunggumu

By Gusti Gina - Wednesday, December 19, 2012


Tyas memainkan jemarinya di atas meja sambil mengetuk-ngetuknya perlahan. Matanya tertuju ke sebuah meja di ujung kantin yang dipenuhi cowok-cowok yang sedang asyik bercanda. Tapi, jangan salah mata Tyas hanya terfokus pada 1 cowok yang juga sedang menatapnya. Cowok itu mempunyai senyum yang begitu indah dan tatapan mata yang teduh.  Tyas menyinggungkan senyum dibibirnya, terasa jelas ada suatu yang berbeda antara keduanya. Tyas hanya tersenyum-senyum pada cowok itu, dan begitu juga si cowok. Mereka berdua larut dalam romansa yang begitu indah.
“Tyas! Lo dengerin gue ngomong gak, sih?” Kinar mengggerutu karena kesal orang yang di ajak bicara hanya diam dan tersenyum-senyum gak karuan. “akh, TYAS!” kinar mulai kesal dan mencubit lengan Tyas.
“aww! Gue denger kok, hehehe.” Kata Tyas kemudian. Dia berusaha fokus ke Kinar, namun hatinya tak dapat di ajak kerja sama, hatinya masih tertuju pada cowok di ujung sana yang tengah asyik bercanda dengan teman-temannya.
“apa?” Kinar mengetes Tyas yang katanya mendengar.
“senyumnya yang indah, matanya yang teduh, garis wajahnya yang eksotis, kata-katanya yang membuat hati bergetar, semua begitu indah bila ku dekat dengannya.” Kinar yang mendengar hanya melongo, Tyas benar-benar ngelantur entah kemana.
“Tyas..... lo sakit, ya?” Kinar menempelkan tangannya kejidat Tyas seperti dokter yang mengecek suhu badan pasien. Tyas yang melihat kelakuan temannya, hanya terkikik. Lalu, matanya sebentar meirik cowok itu kembali.
“aha! Gue tau. Lo suka kan sama Yudha?” suara Kinar yang cukup nyaring refleks membuat Tyas panik. Dia buru-buru mendekap mulut Kinar, karena khawatir Kinar bicara lebih banyak lagi.
“ayo!” Tyas menarik Kinar berdiri dan mengajaknya keluar kantin. Hati Tyas terasa hampir copot karena ulah Kinar yang gak tau malu itu. Kini, Tyas hanya bisa berdoa semoga Yudha, cowok yang dari tadi yang dia pandangi itu tidak mendengar perkataan Kinar yang super ceplas-ceplos. Sepanjang jalan menuju kelas, Tyas terus-terusan mengomel kepada Kinar. Kinar hanya tertawa dan semakin membuat kesal Tyas.
*^*
Yudha berjalan menuju kelas bersama teman-temannya. Tapi, dia tiba-tiba berhenti mendadak. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia melihat Tyas sedang duduk di kursi bawah pohon sedirian sambil mengelamun. Yudha berjalan menghampiri Tyas, enatah kenapa jantung Yudha berdetak lebih cepat. Dia segera menenangkan dirinya.
“jangan ngelamun terus!” kata Yudha dari belakang Tyas yang sedang menatap kosong halaman sekolah.
“hah?” Tyas sangat terkejut mendengar suara Yudha. Jantung Tyas juga berdetak semakin cepat berdetak. Wajahnya seperti mayat, karena saking shocknya. Tapi, jauh dalam hatinya. Sebuah rasa yang begitu indah muncul dan memberikan kenyamanan dalam jiwanya.
“aku boleh duduk?” Yudha meminta pendapat Tyas yang masih saja melongo menatap Yudha.
“ee..eh... boleh. Silakan, gak papa kok.” Tyas tersenyum manis. Dunia seakan begitu indah baginya saat ini.
Yudha duduk dan kemudian menatap Tyas lekat-lekat. Tyas yang merasa dirinya diperhatikan seperti itu, tentunya jadi salah tingkah. Dia memalingkan mukanya sebentar dan meringis lalu mengusap-usap dadanya berharap jantung bisa tenang dan gak loncat-loncat lagi.
“kenapa, Yud?” kata Tyas setenang mungkin. Tapi tetap saja senyum terukir di wajahnya karena menahan malu.
“enggak kok. Cuman enak aja ngeliatin muka kamu. Hehe,” Yudha tersenyum. Apa ini?? Kenapa aku begitu damai dan benar-benar terasa indah, kata Yudha dalam hati.
“hahaha. Bisa aja lo, Yud!” kata Tyas tertawa dan mengambil daun besar yang ada di tanah.
“daun?” Yudha mengernyit melihat atas apa yang dilakukan Tyas. Tyas tersenyum sesaat lalu memutar-mutar daun itu di depan mukanya.
“iya, daun. Daun ini kayak cinta.” Tyas tak lagi gugup, yang ada hanya kenyamanan dan kedamaian.
“maksudnya?” Yudha semakin tertarik pada Tyas.
“iya, daun ini akan jatuh karena beberapa alasan. Bisa dipetik oleh orang atau karena sudah terlalu tua dan ada daun baru yang akan tumbuh di batang pohon.”
“hubungannya dengan cinta?”
“cinta itu akan hilang mungkin karena ada cinta lain yang telah tumbuh di relung hati seseorang atau cinta itu hilang karena pengkhianatan.”
“oh, ya? Tau dari mana kamu?” Yudha mengambil daun tua yang telah jatuh dari batangnya.
“cuman ada doang di kepala.
“ada daun yang tumbuh di batangku dan daun lamaku hampi terjatuh.” Yudha bergumam namun jelas terdengar oleh Tyas.
“what? Maksudnya?”
“aku gak tau. Aku masih mencintai Mikha, namun sepertinya ada cinta yang lain tumbuh di hatiku.” Yudha membuang daun itu lalu menyandarkan punggungnya kekursi. Dia ingin Tyas mengerti perkataan Yudha barusan. Namun, Tyas hanya tersenyum menatap Yudha. Dalam waktu yang sangat lama, mereka hanya diam dalam posisi masing-masing dan terlarut dalam angan-angan mereka.
*^*
Sebulan sudah Yudha dan Tyas saling mengenal. Mereka berdua begitu akrab, bahkan ada yang menyangka mereka berpacaran. Yudha sudah mengenal Tyas, dan begitu juga Tyas. Mereka sering berdua, namun hanya disekolah. Tyas tau kalau Yudha sudah mempunyai Mikha, dan dia tak ingin mengganggu hubungan mereka berdua. Tyas lebih memilih diam dan menunggu waktu berjalan menjawab segala pertanyaan di hatinya. Dia menginginkan Yudha, tapi Yudha tlah berdua.
“Tyas, aku ingin bilang sesuatu ke kamu.” Yudha berkata pada Tyas di depan kelas.
“bilang aja.”
“tapi gak disini. Ikut aku!” Yudha menarik tangan Tyas dan mereka berdua berjalan menuju kursi bawah pohon tempat biasanya mereka berdua. Tangan Yudha yang menggenggam tangan Tyas, terasa begitu dingin. Entah mengapa, itu menular ke Tyas.
“kamu duduk, ya.” Yudha menyuruh Tyas duduk dan Tyas mengikuti permintaan Yudha. Sekolah emang sudah sepi, karena sebagian sudah pulang kerumah masing-masing. Yudha berdiri didepan pohon lalu tangannya mengusap batang pohon itu yang telah tertutupi oleh lumut. Lumut itu berjatuhan, wajah Yudha terlihat sumringah. Dia sudah menyiapkan semua ini sejak lama.
“Tyas, ke sini!” kata Yudha. Tyas berdiri dan menghampiri Yudha. Tapi tangan Yudha menutupi batang pohon. Tyas bingung dan dia bertanya-tanya dalam hati.
“apa itu, Yud?”
“kamu lihat!” Yudha membuka perlahan tangannya. Tyas tertegun dia masih merasa ini hanya sebuah mimpi indah yang tak ingin dia akhiri. Yudha disampingnya tersenyum dan dari sirat matanya terlihat kebahagiaan yang begitu dalam.
Terukir jelas di batang pohon itu sebuah bentuk hati dan didalamya ada nama Yudha dan Tyas. Tyas tak menyangka Yudha melakukan itu untuknya. Tyas terdiam dan badannya terasa lemes semua.
“Tyas....?” suara lembut Yudha memecah keheningan. Tyas segera tersadar. “maukah kau, Tyas?” Yudha menggapai tangan Tyas lalu mengenggamnya dan meletakkannya di dadanya. Tyas masih tidak bisa memercayai ini.
“aaku terima....,” kata Tyas perlahan dan Yudha terlihat begitu senang. “tapi, nanti.”
“apa? Kenapa?” Yudha terkejut kata yang di ucapkan Tyas tadi.
“iya. Aku akan selalu menunggumu. Aku tau kamu masih bersama Mikha, dan aku tidak mengganggu kalian.” Kata Tyas lirih lalu menarik tangannya dari genggaman Yudha dan Tyas meraba ukiran itu.
“aku hanya ingin kamu. Aku hanya tidak sanggup melukai perasaan Mikha.” Kata Yudha perlahan.
“ketahuilah, jika ku terima sekarang. Kau sama saja menyakiti Mikha. Lebih baik kau putuskan Mikha dan bicara baik-baik padanya, buatlah dia memahami semua ini. Aku tidak ingin menjadi selir hatimu.” Tyas berkata setegar mungkin. Padahal, dalam hatinya dia ingin sekali memiliki Yudha seutuhnya saat ini.
“kamu bukan selir hatiku. Tapi, kau benar-benar cinta hatiku. Kau yang memiliki hatiku. Cintamu sudah tertambat dalam, Tyas.” Yudha berusaha meyakinkan Tyas. Dia tidak sanggup lagi menahan gejolak dihatinya.
“maafkan aku, Yud. Nanti, kalau tiba saatnya kita bisa bersatu dan saling memiliki.”
“tapi, kapan?”
“itu tergantung kamu. Tapi, ketahuilah tentang 1 hal. Cintaku padamu tak kan sirna.” Tyas menunduk, matanya mulai memerah. Hatinya benar-benar sakit mengatakan ini semua.
“aku akan berusaha melakukannya untukmu.” Yudha memeluk Tyas.
“Yudha, aku disini menunggumu.” Kata Tyas berbisik ditelinga Yudha.
Tyas melepaskan pelukannya, walaupun hatinya kini teriris. Tyas melangkah pergi meninggalkan Yudha dalam kepedihan. Yudha terduduk di tanah karena dia telah begitu bodoh. Menyatakan cinta pada cewek yang dia cintai, padahal dia masih berdua. Seharusnya dia bisa memilih salah satunya. Memang, kebingungan sedang melanda Yudha. Dia masih tidak bisa mengkhianati cintanya pada Mikha, tapi tak dapat dipungkiri cintanya ke Tyas begitu kuat dan tertambat dalam lubuk hatinya.

“aku  bodoh, Tyas. Gak seharusnya aku mencoba menjadikanmu yang kedua. Maafkan aku, Mikha. Aku telah mengingkari semua ini. Aku sedang dalam posisi sulit, aku benar-benar kesulitan untuk memilih. Kau dan Tyas telah menghancurkan diriku dalam kebimbangan yang tak betepi.” Yudha berdiri dan meninggalkan pohon itu. “tunggu aku, Tyas.” 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments